Home » Articles posted by Endang Suryana

Author Archives: Endang Suryana

Deskripsi

Kebudayaan Indonesia mengkaji tentang kebudayaan yang berkembang di Indonesia. Kajian kebudayaan Indonesia dimulai dengan pemahaman terhadap konsep-konsep kebudayaan, perkembangan sejarah kebudayaan Indonesia dan bagaimana karakteristik kebudayaan Indonesia. Pemahaman terhadap kebudayaan Indonesia dapat memperluas wawasan dalam melihat proses pembentukan bangsa Indonesia seperti adanya sekarang ini, yang multi etnis, multi budaya dan multi agama dan kepercayaan. Melalui pemahaman tersebut akan tumbuh penghormatan dan penghargaan akan keanekaragaman tersebut dalam perspektif kebangsaan Indonesia.

Bahan Ajar Khusus Kelas iLearningPlus

Silakan Klik/Tap Bahan Ajar

Pertemuan 1 Pertemuan 8
Pertemuan 2  Pertemuan 9
Pertemuan 3  Pertemuan 10
Pertemuan 4 Pertemuan 11 
Pertemuan 5 Pertemuan 12
Pertemuan 6 Pertemuan 13
Pertemuan 7 Pertemuan 14

 

 

 

 

Bahan Ajar 12 – Ke(Budaya)an Indonesia

Silakan Klik/Tap  Materi Ini

Mengapa Kebudayaan Indonesia Sangat Beraneka Ragam?

Kebudayaan Indonesia

Keanekaragaman yang banyak di Indonesia dipengaruhi oleh banyak hal antara lain sebagi berikut :

1. Tempat Tinggal

Salah satu penyebab Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam ialah letak geografis. Sebagai contoh seorang yang tinggal di pesisir pantai memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Berbeda dengan seseorang yang tinggal di dataran yang memiliki mata pencaharian sebagai pekebun atau petani.

2. Pengaruh Luar

Penduduk Indonesia bagian timur biasanya sebagian besar beragama kristen, sedangkan di bagian barat beragama Islam karena terpengaruh bangsa Timur Tengah. Tidak hanya mendapat pengaruh dari pedagang Timur Tengah, Bangsa Indonesia juga mendapat pengaruh dari bangsa barat.

Terutama bangsa portugis dari bangsa barat yang pertama kali menemukan Indonesia. Tidak hanya portugis, Belanda juga memberikan pengaruh yang besar terhadap indonesia karena menjajah dengan jangka waktu lama yaitu sekitar 350 tahun.

3. Keturunan Nenek Moyang

Keturunan biasanya juga memberikan berpengaruh terhadap kepercayaan atau tradisi yang dianut bahkan dalam bahasa. Sebagai contoh, beragamnya bahasa jawa, meskipun memiliki nama bahasa Jawa. Jawa bagian timur dengan Jawa barat nyatanya memiliki perbedaan meskipun sama-sama dari daerah Jawa. Nenek moyang berkomunikasi menggunakan bahasa daerah mereka kemudian ditiru oleh generasi selanjutnya.

4. Suku Bangsa

Suku bangsa memberikan pengaruh terhadap kekayaan budaya. Dari segi kebudayaannya seorang yang bersuku Jawa tentunya berbeda dengan suku di Kalimantan. Mereka mempunyai ciri khas masing-masing yang membuat Indonesia semakin kaya.

5. Kepercayaan

Kepercayaan juga berpengaruh terhadap kebudayaan di Indonesia. Misalnya kepercayaan masyarakat di Bali yang mayoritas hindu menjadikan wilayah Bali sangat identik dengan kebudayaan hindu.

Kebudayaan Indonesia yang Terkenal di Dunia

1. Wayang

Merupakan budaya Indonesia yang sudah sangat terkenal baik di dalam negeri maupun mancanegara. Wayang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya bangsa Indonesia pada tahun 2003 dan sudah dikenal luas oleh masyarakat dunia.

Bahkan sekarang banyak orang asing yang ikut mempelajari kesenian yang berasal dari tanah Jawa ini, biasanya para Warga Negara Asing (WNA) yang tertarik memainkan kesenian ini akan tinggal didaerah tertentu untuk belajar ilmu kesenian wayang sebagai mahasiswa atau langsung pada seorang dalang terkenal dan mumpuni.

2. Seni Batik

Batik merupakan bagian dari seni lukis yang digambarkan pada objek kain untuk pakaian maupun asesoris lainnya. UNESCO mencatat seni batik merupakan warisan budayaIndonesia pada tanggal 2 Oktober 2009 silam.

3. Angklung

Angklung adalah alat musik kesenian tradisional dari Jawa Barat yang memiliki nada ganda yang dimainkan dengan cara digoyangkan. Alat musik Angklung Indonesia sudah mendapatkan pengakuan resmi dari UNESCO sebagai bagian dari World Heritage pada 19 Januari 2011.

Kebudayaan Seni Tari dari Indonesia yang Mendunia

1. Tari Bedhaya Sang Amurwabhumi

Tarian yang menceritakan kisah asmara dan kepemimpinan yang diciptakan oleh Sultan HB X untuk menghormati dan mengenang ayah beliau, Sri Sultan HB IX.

2. Tari Rateb Meuseukat

Tarian dari bumi Serambi Mekah, atau yang dikenal dengan tarian Ratéb Meuseukat menampilkan barisan para penari yang bersila di lantai. Kebudayaan Aceh ini terkenal karena kecepatan personilnya serta kekompakan gerak tubuh sembari menyanyi.

3. Tari Saman

Masih dari bumi Serambi tarian Aceh ini dipraktikan secara berjamaah dengan kekompakannya yang sangat solid. Masing-masing penari mampu menggerakkan tubuhnya secara bersamaan selaras dengan suara musik yang dinamis.

4. Tari Reog Ponorogo

Tarian Reog Ponorogo lahir dan populer di Jawa Timur dengan tokoh berupa Warok dan Gemblak yang pasti muncul di setiap pertunjukannya. Tari Reog Ponorogo kerap identik dengan nuansa mistik sering mempertontonkan adegan ‘diluar nalar’ yang dapat membuat kagum para penonton. Hal itu juga yang membuat Reog Ponorogo bisa dikenal sampai luar Indonesia.

5. Tari Pendet

Tarian yang berasal dari Bali ini melukiskan sambutan atas turunnya dewata ke dunia. Tari Pendet sering juga dipertunjukan untuk menyambut para wisatawan local atau wisatawan asing yang berkunjung ke Bali.

6. Tari Kecak

Tari yang berisikin kaum pria ini juga merupakan salah satu kesenian khas dari Bali. Penari dengan jumlah yang banyak tersebut akan berbaris secara melingkar diiringi sebuah irama yang keluar dari masing-masing penarinya, dengan menyebutkan kata ‘cak’ berulang-ulang sambil mengangkat kedua tangan mereka.

7. Tari Klasik Keraton Surakarta

Tarian ini merupakan tradisi di lingkungan kraton Surakarta yang harus dijaga dan dilestarikan. Segala unsur mulai dari gerakan tubuh, kostum hingga musik memiliki aturan tersendiri. Para penonton akan dipertontonkan seni pentas yang anggun, rapi dan penuh makna.

Beragam budaya unik serta menarik di Indonesia tersebut semakin kesini semakin terancam keberadaannya. Selain serangan budaya barat yang tidak kenal ampun merasuk ke seluruh sendi kehidupan kita, para pemuda-pemudi Indonesia sendiri bersikap seakan bersikap tidak peduli dan terkesan lebih bangga apabila menggunakan barang barang luar negeri.

Mulai dari model pakaian, gaya rambut, makanan, hingga pergaulan bebas juga ikut mereka ambil dari luar tanpa disaring dahulu. Fenomena Demam Korea yang akhir-akhir ini meluas cukup menjadi bukti akan lemahnya kepribadian serta karakter remaja kita. Teknologi informasi sangat terasa perannya di sini, kemajuan teknologi yang memberi tawaran kemudahan akses berita membawa efek yang luar biasa.

Ketika di usia remaja menjadi saat-saat ketika proses pencarian jati-diri sedang berlangsung, rasa penasaran dan keingintahuan sangat mendominasi pikiran. Orang-tua merupakan pihak paling penting karena mereka harus berdiri di barisan paling depan dalam membimbing, mengarahkan serta menangkis semua pemahaman atau ideologi negatif yang dapat mempengaruhi pikiran para remaja kita.

Pengaruh Kebudayaan Indonesia Menghasilkan Masyarakat Multikultural

Kata Masyarakat Multikultural terdiri atas tiga kata utama yaitu “Masyarakat”, “Multi”, dan “Kultural”. Tiap tiap kata mempunyai makna tersendiri dan disusun menjadi satu kalimat yang mempunyai makna tersendiri pula. Masyarakat mempunyai arti kumpulan manusia yang hidup di dalam satu kesatuan yang berinteraksi berdasarkan sistem adat istiadat daerah tertentu.

Multi mempunyai makna banyak atau beragam. Sedangkan kultur mempunyai makna Budaya. Jadi dapat di artikan Masyarakat Multikultural adalah masyarakat yang hidup didalam suatu wilayah kebudayaan yang berbeda. Biasanya mereka menganut paham multikulturalisme, yang berarti sebuah anggapan bahwa setiap budaya mempunyai derajat kedudukan yang sama dengan kelebihannya tersendiri.

Dampak Positif Dan Negatif Perbedaan Kebudayaan Indonesia

Tentu perbedaan budaya serta latar belakang akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari keragaman tersebut antara lain :

a. Timbulnya sikap toleransi
b. Memberikan ikatan kuat dengan menerima perbedaan masing-masing
c. Masyarakat lebih terbuka menjalin hubungan sosial
d. Saling berbagi pengetahuan dan pengalaman

Selain mempunyai dampak positif, terdapat juga beberapa dampak negatif, antara lain :

a. Terdapat politik yang memanfaatkan suatu kelompok dan mementingkan golongan tertentu
b. Munculnya sikap etnosentrisme yang dapat merendahkan kelompok lain
c. Terkadang muncul sikap fanatik terhadap golongan tertentu

Bahan Ajar 11 – Dinamika kelompok dan Penanganan konflik

Silakan sambil dibuka bahan ajar I N I

Dinamika Kelompok

Dinamika Kelompok terdiri dari kata dinamika dan kelompok. Kata dinamika berasal dari kata dinamis yang artinya bergerak dan kata kelompok yang berarti sekumpulan orang yang berkumpul dan berinteraksi serta mempunyai tujuan bersama.

Anggota-anggota kelompok diikat oleh satu aturan baik dalam pembicaraan maupun perilaku (interaksi) tentang sesuatu yang nampaknya berharga (tujuan). Dengan interaksi timbul pengaruh secara timbal balik antara satu individu dengan individu yang lain atau individu dengan kelompok secara keseluruhan.

Pengertian Dinamika Kelompok Menurut Para Ahli

Shertzer dan Stone (1981)
Menurut Shertzer dan Stone, Dinamika kelompok adalah kekuatan-kekuatan yang berinteraksi dalam kelompok pada waktu kelompok melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuannya.

Floyd D.Ruch dalam Gunarsa (2008)
Menurut Floyd D.Ruch, Dinamika kelompok adalah analisa dari relasi-relasi kelompok sosial, berdasarkan prinsip bahwa tingkah laku dalam kelompok itu adalah hasil dari interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial.

Santoso (2009)
Menurut Santoso, Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.

Ciri Dinamika Kelompok

Suatu kelompok dapat dikatakan sebagai kelompok sosial apabila memiliki ciri-ciri berikut ini, diantaranya:

  • Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan lainnya yang nantinya dapat menyebabkan intraksi/kerjasama sebagai pencapaian tujuan yang sama.
  • Ada akibat-akibat iteraksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain akibat yang ditimbulkan tergantung rasa serta kecakapan individu yang terlambat.
  • Adanya pembentukan struktur atau organisasi kelompok dan penugasan yang jelas dan terdiri dari peran serta kedudukan masing-masing.
  • Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi pada suatu kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Fungsi Dinamika Kelompok

Adapun fungsi dinamika kelompok, diantaranya yaitu:

  • Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
  • Memudahkan pekerjaan.
  • Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efisien. Salah satunya dengan membagi pekerjaan besar sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian.
  • Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan setiap individu memberikan masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

Proses Dalam Dinamika Kelompok

Bekerja dalam kelompok memang bukan satu-satunya cara untuk dapat bekerja secara efektif. Bagi orang tertentu terkadang tidak memerlukan kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Namun adakalanya suatu pekerjaan karena sifatnya justru lebih baik bila diselesaikan melalui kerjasama. Ada beberapa pertimbangan aseseorang bekerja sendiri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.


Pertimbangan tersebut antara lain : sifat pekerjaan yang lebif efektif bila diselesaikan sendiri, waktu yang mendesak, tanggung jawab dan sumber yang terbatas. Sedangkan seseorang memilih bekerja dalam kelompok dengan pertimbangan adanya manfaat yang bias diambil apabila pekerjaan tersebut diselesaikan secara berkelompok yaitu :


1. Resiko pekerjaan ditanggung bersama
2. Sumber yang didapat lebih banyak
3. Terjadi proses belajar dari angota kelompok
4. Kelemahan individu teratasi oleh kelompok
5. Kemampuan memecahkan masalah dan pengambilan keputusan dapat lebih baik.


Agar tujuan bersama dapat tercapai maka kelompok tersebut harus bekerja secara efektif. Kelompok yang efektif adalah kelompok yang dapat memecahkan masalah secara bersama atau dapat mewujudkan suatu sasaran yang disetujui bersama.


DEFINISI KONFLIK

Dalam kelompok tidak menutup kemungkinan dapat terjadinya sebuah konflik. Konflik itu sendiri adalah ketidaksetujuan, perselisihan, dan pergesekan yang terjadi ketika  tindakan atau keyakinan satu atau lebih anggota kelompok tidak diterima dan ditolak oleh satu atau lebih anggota kelompok yang lain (Forsyth, 1999). misalnya saja, ada perbedaan pendapat antara anggota yang satu dengan yang lain, di mana masing-masing anggota sama-sama tidak mau mengalah, maka hal ini dapat memicu munculnya sebuah konflik dalam suatu kelompok. Selain dapat terjadi di dalam anggota suatu kelompok itu sendiri (intragroup conflict),konflik juga dapoat terjadi antar kelompok (intergroup conflict). Dalam hal ini, kami akan lebih membahas permasalahan yang terjadi di dalam kelompok itu sendiri. Tapi tidak semua konflik itu berbahaya. Selama konflik dapat diselesaikan, hal ini menjadi fungsi yang baik dan tetap mengeratkan hubungan yang baik dalam kelompok (Johnson, 2002).

Untuk mengetahui adanya konflik, sebenarnya dapat diketahui dari hubungan-hubungan yang ada, sebab hubungan yang tidak normal pada umumnya suatu gejala adanya konflik. Misalnya ketegangan dalam hubungan, kekakuan dalam hubungan, saling fitnah-menfitnah. Bila pemimpin mengetahui adanya gejala-gejala tersebut memang merupakan adanya konflik. Perlu diketahui bahwa ada pula konflik yang tidak dapat dirubah gejala-gejala tersebut. Sepintas lalu hubungan antara yang satu dengan yang lain adlaah baik, kekakuan dalam hubungan tidak ada. Oleh karena tidak semua konflik diketahui gejala-gejalanya maka untuk dapat mengetahui konflik seawal mungkin pimpinan harus bertindak aktif.

Jenis-Jenis Konflik

Orang mengelompokkan konflik ke dalam :
1. Konflik peranan yang terjadi di dalam diri seseorang (personrole conflict), dimana peraturan yang berlaku tidak dapat diterima oleh seseorang sehingga orang itu memilih untuk tidak melaksanakan sesuatu sesuai dengan peraturan yang berlaku;
2. Konflik antar peranan (inter role conflict), dimana orang menghadapi persoalan karena dia menjabat dua tau lebih fungsi yang saling bertentangan; misalnya saja anggota serikat pekerja yang juga pengawasan atau mandor perusahaan;
3. Konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang (intersender conflict), misalnya saja dekan suatu fakultas harus memenuhi
permintaan yang berlainan para ketua jurusan;
4. Konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan (intrasender conflict).

Timbulnya Konflik
Suatu konflik dapat terjadi karena masing-masing pihak atau salah satu pihak merasa dirugikan. Kerugian ini bukan hanya bersifat material, tetapi dapat juga bersifat non material. Untuk dapat mencegah konflik, maka pertama-tama kita harus mempelajari sebab-sebab
tersebut antara lain:
– Perbedaan pendapat
Suatu konflik dapat terjadi karena perbedaan pendapat, dimana masing-masing pihak merasa dirinyalah yang paling benar. Bila perbedaan pendapat ini cukup tajam, maka dapat menimbulkan rasa yang kurang enak, ketegangan dan sebagainya.
– Salah paham
Salah paham juga merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya tindakan seseorang mungkin tujuannya baik, tetapi oleh pihak lain tindakan tersebut dianggap merugikan.
– Salah satu atau kedua belah pihak merasa dirugikan
Tindakan salah satu mungkin dianggap merugikan yang lain, atau masing-masing merasa dirugikan oleh pihak yang lain. Sudah barang tentu seorang yang dirugikan merasa kurang enak kurang simpati atau malahan benci. Perasaan-perasaan ini dapat menjurus ke arah konflik.
– Perasaan yang terlalu sensitif
Perasaan yang terlalu sensitif mungkin adalah wajar tetapi oleh pihak lain hal ini dianggap merugikan. Jadi kalau dilihat dari sudut hukum atau etika yang berlaku,sebenarnya tindakan ini tidak termasuk perbuatan yang salah, meskipun demikian karena pihak lain terlalu sensitif perasaannya, hal ini tetap dianggap merugikan,sehingga dapat menimbulkan konflik.

Menghindari Konflik
Di muka telah dikemukakan bahwa kesatuan pengertian merupakan syarat bagi kesatuan tindakan. Jelas bahwa pimpinan organisasi harus memperhatikan sikap dan pendapat para anggota organisasi agar kegiatan yang terorganisasi secara efektif dapat dilaksanakan. Agar pendapat bahwa di lain pihak mungkin diperlukan “indoktrinasi”. Pada hakekatnya semua akan menimbulkan semangat anggota untuk menuruti peraturan yang telah disetujui bersama di alam organisasi. Cara pertama merupakan cara yang relatif lebih lunak dibandingkan yang kedua.

Selanjutnya pimpinan harus memberikan contoh yang baik dalam tindakan tindakannya. Kemudian dengan mempraktekkan evaluasi jabatan dapatlah dicapai
pembenahan fungsi, kekuasaan, tanggung jawab serta pelaporan; dengan ini dihindari atau dikurangi konflik kepentingan yang berhubungan dengan upah dan gaji. Program-program jaminan yang lain dapat meniadakan konflik yang berhubungan dengan keamanan atau kelangsungan hidup anggota.

Bagaimanapun juga konflik mungkin timbul dan sulit untuk mencegahnya. Untuk itu perlu juga membuka segala hal yang menyebabkan orang tidak setuju satu sama lain terhadap suatu hal. Caranya dengan (1) prosedur kelah, (2) kotak saran, (3) kebijaksanaan pintu terbuka, (4) pertemuan kelompok, (5) rapat anggota, dan lain-lain.

Menyelesaikan Konflik
Bila keadaan tidak saling mengerti serta situasi penilaian terhadap perbedaan antar anggota organisasi itu makin parah sehingga konsensus sulit dicapai, maka dikonflik pun tak terelakkan. Pimpinan dapat melakukan tindakan alternatif seperti dikemukakan di bawah ini, tetapi tergantung pada situasi dan kondisi yang ada (T. Hani Handoko, 1984).

  1. Menggunakan kekuasaan melaksanakan pendapat dengan menyatakan siapa yang setuju dengan pimpinan dan yang tidak hendaknya mengundurkan diri.
  2. Konfrontasi – dimana penyelesaian melalui persetujuan semua pihak tidak dapat dicapai, dan hal itu dibiarkan demikian agar pihak-pihak memikirkan dan merenungkan kembali pendapat masing-masing.
  3. Kompromi – dimana pihak yang satu mengorbankan sesuatu agar memuaskan pihak yang lain; tentu saja pihak-pihak tak ada yang senang akan hal ini, tetapi apa boleh buat karena keadaan berlarut-larut dan organisasi menjadi “mati”. Ini akan justru merugikan semua pihak karena anggota saling menyabot kegiatan-kegiatan operasional.
  4. Menghaluskan situasi – ini meneruskan usaha mempertahankan “statusquo”, akan tetapi pimpinan secara informal berusaha untuk menyelesaikan persoalan terhadap isu yang sifatnya sepele.
  5. Pengunduran diri – dalam hal ini pimpinan “melarikan diri” dari situasi yang timbul dan tak berusaha untuk menyelesaikannya sama sekali; pimpinan menyerahkan pada kekuatan yang ada untuk nantinya memperoleh keseimbangan kembali, karena dia memang berpendapat bahwa demikianlah seharusnya proses konflik berjalan; memang diperkirakan bahwa sesuatu yang baru tentu menimbulkan gejolak dan berbagai pendapat, tetapi dengan berjalannya waktu hal yang baru itu diterima sebagai hal yang biasa dan pihak-pihak akan dengan sendirinya mengerti duduk perkaranya.

Bahan Ajar 9 – Kebudayaan dan Membangan Karakter Bangsa

Pentingnya Kebudayaan sebagai Pondasi Karakter Bangsa

Untuk pendalaman materi silakan juga buka file  Bahan Ajar 9 Ini

SEBAGAI tradisi, nilai-nilai luhur, dan kearifan lokal yang dimiliki dan dihidupi bersama secara turun-temurun oleh suatu kelompok masyarakat tertentu dalam suatu bangsa, kebudayaan dapat dimaknai sebagai identitas kolektif atau jati diri suatu bangsa. Kebudayaan memiliki peran dan fungsi yang sentral dan mendasar sebagai landasan utama dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara karena suatu bangsa akan menjadi besar jika nilai-nilai kebudayaan telah mengakar (deep-rooted) dalam sendi kehidupan masyarakat. Indonesia sebagai negara kepulauan adalah negara-bangsa yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya nusantara yang merupakan daya tarik tersendiri di mata dunia.

Seharusnya hal ini dapat dijadikan modal untuk menaikkan citra bangsa di mata dunia sekaligus nilai-nilai fundamental yang berfungsi merekatkan persatuan. Nilai-nilai luhur Seperti yang kita ketahui, sebagai sebuah negara bangsa (nation-state) Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang khas dan membudaya di masyarakat seperti gotong-royong, saling tolong menolong, ramah, santun, toleran, dan perduli terhadap sesama. Nilai-nilai luhur tersebut pada akhirnya dijadikan rujukan untuk membentuk ideologi negara, yaitu Pancasila yang secara umum dibangun atas nilai-nilai luhur yang telah mengakar dan membudaya di masyarakat jauh sebelum Indonesia menjadi negara kesatuan.

Sejak pascareformasi hingga saat ini kebudayaan di Indonesia terus mengalami banyak tantangan yang cukup serius, khususnya generasi muda yang sudah mulai banyak kurang memahami kebudayaan lokal. Banyak di antara mereka yang tidak memiliki ketertarikan khusus akan kebudayaan lokal. Banyak di antara generasi muda yang sudah melupakan bahkan tidak mengetahui dongeng-dongeng lokal dan permainan tradisional. Tidak banyak dari mereka yang mengetahui kejayaan kerajaan nusantara di masa lalu seperti kebesaran Kerajaan Sriwijaya dalam membangun kekuatan maritimnya serta Kerajaan Majapahit yang berhasil mempersatukan nusantara. Krisis karakter Mulai melunturnya wacana kebudayaan nusantara di kalangan masyarakat dikarenakan masuknya pengaruh budaya asing, baik dari Barat maupun Asia.

Perkembangan teknologi yang menghapus ruang dan waktu juga memberi pengaruh besar. Ada indikasi krisis karakter dan identitas serta integritas di kalangan generasi muda saat ini. Hal ini bisa dibilang cukup mengkhawatirkan karena apabila nilai-nilai kebudayaan hilang dan tidak teraktualisasi, masyarakat kita khususnya generasi muda akan kehilangan fondasi etik dan landasan fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang secara potensial akan berujung pada terpecah-belahnya persatuan bangsa, dan maraknya budaya korupsi, narkoba, dan aksi terorisme. Oleh karena itu, wacana kebudayaan, khususnya terkait nilai-nilai luhur harus terus disuarakan untuk menangkal pengaruh eksternal-negatif yang salah satunya dapat dilakukan dengan cara melestarikan, memajukan, dan mengembangkan nilai-nilai kebudayaan nusantara, serta menginternalisasinya di masyarakat khususnya generasi muda.

Diperlukan upaya dari berbagai pihak untuk melakukan hal ini, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan telah menunjukkan upaya untuk memajukan ragam kebudayaan lokal yang prosesnya dilakukan melalui pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan nasional Indonesia. Tidak hanya itu saja, pemerintah melalui Kemendikbud akan menganggarkan dana abadi sekitar 5 triliun dari APBN untuk dana pemajuan kebudayaan tahun 2020 dan tahun-tahun selanjutnya.

Peran raja dan sultan terkait dengan pemajuan kebudayaan, peran para raja dan sultan dari seluruh wilayah nusantara dalam menjaga kebudayaan lokal juga harus didukung oleh pemerintah dan masyarakat. Para raja dan sultan serta keraton di seluruh Indonesia, tidak hanya melestarikan dan menjaga warisan atau peninggalan bersejarah tetapi juga aktif dalam membangun karakter bangsa dengan menyebarkan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang di wilayahnya masing-masing. Selain menjaga aset-aset kultural seperti naskah kuno, benda pusaka, bangunan bersejarah, dan karya seni lainnya, para raja dan sultan ini diharapkan untuk bisa menerapkan nilai-nilai kearifan lokal yang disesuaikan dengan konteks masa kini, yang artinya keraton harus mampu menata diri dan menyesuaikan perkembangan zaman tetapi tetap memegang kemudi nilai-nilai tradisi dan budaya.

Merujuk pada hal ini, kita dapat mencontoh negara Korea Selatan dan Jepang, yang meskipun telah menjadi negara modern dan secara perekonomian maju, negara-negara ini tetap mampu mempertahankan kebudayaan sebagai identitas mereka tanpa khawatir terdominasi dengan budaya asing. Oleh karena itu, dalam konteks kontemporer saat ini inovasi terhadap pemajuan budaya perlu dilakukan untuk menegaskan identitas bangsa di mata dunia sebagai negara bangsa yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya. Selain itu, membangun karakter bangsa dapat dilakukan dengan cara mengkolaborasikan nilai-nilai luhur yang telah menjadi ciri khas kepribadian bangsa, seperti ramah dan santun, suka bergotong royong, penyayang, toleran, dan peduli terhadap sesama, dan suka menolong dengan karakter masyarakat modern yang memiliki sifat kerja keras, tekun, kreatif dan inovatif.

Yang harus dilakukan, ada tiga hal yang harus dilakukan oleh negeri ini untuk memajukan budaya dan membangun karakter bangsa. Yang pertama adalah dari segi modal, selain memiliki keanekaragaman budaya, Indonesia mewarisi banyak nilai luhur nenek moyang yang dapat dijadikan rujukan untuk membentuk karakter bangsa yang berbudaya. Kedua adalah kolaborasi, menjadikan kebudayaan sebagai pondasi karakter bangsa tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja melainkan kerja sama berbagai kalangan. Pemerintah, akademisi, lembaga pendidikan dan penelitian, serta tokoh budaya termasuk di dalamnya para raja dan sultan saling bekerja sama dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan nusantara serta menginternalisasi nilai-nilai luhur bangsa di masyarakat, khususnya generasi muda.

Seperti yang belum lama ini dilakukan oleh pemerintah yaitu melakukan audiensi dengan ratusan raja se-nusantara untuk mediskusikan pemajuan budaya nusantara, khususnya dalam membangun karakter bangsa sehingga kita memiliki manusia yang berbudi luhur, pekerja keras, inovatif dan kreatif. Yang terakhir adalah dengan cara membangun komitmen dari semua pihak untuk menerapkan dan berpegang teguh pada nilai-nilai luhur bangsa untuk memajukan negeri ini tanpa harus terbawa oleh pengaruh budaya asing yang berpotensi mengikis nilai-nilai budaya bangsa.

Kesimpulannya, diperlukan upaya, strategi, dan kerja sama yang solid dari berbagai pihak dalam melestarikan kebudayaan nusantara beserta nilai-nilai luhur yang dapat dirujuk untuk membangun karakter dan moral bangsa. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan merupakan salah unsur sentral bagi suatu bangsa karena melalui kebudayaan, identitas dan jati diri suatu bangsa dapat terejawantahkan. Tidak hanya itu saja, pelestarian dan pemajuan budaya dapat memberikan banyak dampak positif bagi suatu negara karena banyak negara yang telah mengangkat tradisi, narasi, dan unsur-unsur kebudayaan lainnya untuk memperkuat perekonomian mereka dengan cara mengembangkan industri pariwisata di sektor ini. Secara potensial Indonesia memiliki modal tersebut, akan tetapi semua bergantung pada kolaborasi dan komitmen dari berbagai pihak untuk mengelola pelestarian, pengembangan, dan pemajuan kebudayaan Indonesia yang ke arah yang lebih baik.

Editor : Heru Margianto

Bahan Ajar 14 – Budaya – Ethos Kerja

Budaya kerja / Etos kerja

Untuk mengawali pembelajaran silakan buka bahan ajar dalam format PPT ini   Budaya-Ethos Kerja

Arti Definisi / Pengertian Budaya Kerja

Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. (Sumber : Drs. Gering Supriyadi,MM dan Drs. Tri Guno, LLM )

# Tujuan Atau Manfaat Budaya Kerja

Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.

Manfaat dari penerapan Budaya Kerja yang baik :
1. meningkatkan jiwa gotong royong
2. meningkatkan kebersamaan
3. saling terbuka satu sama lain
4. meningkatkan jiwa kekeluargaan
5. meningkatkan rasa kekeluargaan
6. membangun komunikasi yang lebih baik
7. meningkatkan produktivitas kerja
8. tanggap dengan perkembangan dunia luar, dll.

Keberhasilan pelaksanaan program budaya kerja antara lain dapat dilihat dari peningkatan tanggung jawab, peningkatan kedisiplinan dan kepatuhan pada norma/aturan, terjalinnya komunikasi dan hubungan yang harmonis dengan semua tingkatan,peningkatan partisipasi dan kepedulian, peningkatan kesempatan untuk pemecahan masalah serta berkurangnya tingkat kemangkiran dan keluhan.

ETOS KERJA

A. Pengertian etos kerja

Etos berasal dari bahasa Yunani yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesuatu kelompok.

Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian berbeda yaitu:

  • Suatu aturan umum atau cara hidup.
  • Suatu tatanan aturan perilaku.
  • Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku.

Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita cita yang positif.

Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi, guna mewujudkan sesuatu cita-cita.

Jadi kesimpulannya Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden.

B. Fungsi dan tujuan etos kerja

Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah :

  • Pendorong timbulnya perbuatan.
  • Penggairah dalam aktivitas.
  • Penggerak.

BUDAYA KERJA DALAM SUATU PERUSAHAAN

Budaya adalah satu set nilai, penuntun, kepercayaan, pengertian, norma, falsafah, etika, dan cara berpikir. Budaya yang ada di suatu lingkungan, sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi yang berada di dalam lingkungan tersebut.

Setiap lingkungan tempat tinggal memiliki budaya yang dibuat oleh nenek moyang dan diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi untuk dianut dan dilestarikan bersama. Perusahaan adalah sebuah lembaga yang terdiri dari banyak karyawan yang merupakan individu yang berasal dari latar belakang yang berbeda, yaitu lingkungan, agama, pendidikan, dll. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perusahaan terdiri dari individu dengan kultur bawaan yang berbeda-beda.

Pertanyaannya sekarang adalah, mampukah mereka yang beragam tadi bersama mencapai satu tujuan perusahaan dengan cara saling memahami, membantu, dan mengerti satu sama lain?

Perusahaan seperti juga halnya lingkungan tempat tinggal pasti memiliki budaya yang dirumuskan oleh para pendiri dan top management perusahaan dan dianut oleh setiap komponen perusahaan.

Keahlian, kreativitas, kecerdasan maupun motivasi yang tinggi dari karyawan memang merupakan unsur kredibilitas yang harus dimiliki oleh karyawan agar perusahaan dapat mencapai sukses. Namun unsur-unsur tadi menjadi belum maksimal manfaatnya bila setiap karyawan belum memiliki satu budaya yang sama. Satu budaya yang sama maksudnya adalah sebuah pola pikir yang membuat mereka memiliki persepsi yang sama tentang nilai, dan kepercayaan yang dapat membantu mereka untuk memahami tentang bagaimana seharusnya berperilaku kerja pada perusahaan dimana mereka bekerja sekarang.

Budaya perusahaan dapat membantu perusahaan mencapai sukses. Untuk dapat memanfaatkan budaya perusahaan dengan maksimal, maka perusahaan perlu menanamkan nilai-nilai yang sama pada setiap karyawannya. Kebersamaan dalam menganut budaya atau nilai-nilai yang sama menciptakan rasa kesatuan dan percaya dari masing-masing karyawan. Bila hal ini telah terjadi, maka akan tercipta lingkungan kerja yang baik dan sehat. Lingkungan seperti ini dapat membangun kreativitas dan komitmen yang tinggi dari para karyawan sehingga pada akhirnya mereka mampu mengakomodasi perubahan dalam perusahaan ke arah yang positif.

Pada umumnya perusahaan-perusahaan dunia yang sukses adalah perusahaan yang memiliki budaya kerja yang kuat. Terlepas dari nilai-nilai positif dan luhur yang terkandung dalam budaya yang berlaku, maksud budaya kerja yang kuat adalah seluruh komponen perusahaan mengamalkan nilai atau norma yang telah ditetapkan bersama sebagai sebuah budaya dengan komitmen yang tinggi, tanpa terkecuali.

Namun ketiadaan kata atau kalimat yang menegaskan mengenai budaya yang dianut perusahaan, menyulitkan para karyawan memahami budaya perusahaan. Untuk itu perlu adanya sebuah pernyataan yang merupakan manifestasi dari budaya perusahaan yang mengungkapkan secara garis besar dalam pengertian spesifik mengenai tujuan perusahaan, dan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Pengungkapan budaya perusahaan ke dalam sebuah pernyataan dapat dilakukan melalui perumusan pernyataan visi dan misi. Hanya dengan kalimat singkat, pernyataan visi dan misi dapat menyiratkan nilai, etika, prinsip, tujuan, dan strategi perusahaan. Menuliskan pernyataan visi dan misi perusahaan adalah cara yang paling efektif untuk memastikan bahwa semua karyawan dapat memahami budaya perusahaan dan mengimplementasikannya ke dalam usaha-usaha pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh pakar Harvard Business School, yaitu Prof. DR. John Kottler dan Prof. DR. Janes Heskett, ternyata terdapat korelasi positif di antara penerapan budaya perusahaan dengan prestasi bisnis yang dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu yang cukup panjang.

Hal ini menunjukkan bahwa budaya perusahaan memiliki peranan penting dalam membangun prestasi dan produktivitas kerja para karyawan sehingga mengarahkan perusahaan kepada keberhasilan. Jadi sudah saatnya Anda menetapkan komitmen terhadap penerapan budaya perusahaan.

  • Etos kerja bangsa Indonesia

Insititute for Management of Development, Swiss, World Competitiveness Book (2007), memberitakan bahwa pada tahun 2005, peringkat produktivitas kerja Indonesia berada pada posisi 59 dari 60 negara yang disurvei. Atau semakin turun ketimbang tahun 2001 yang mencapai urutan 46. Sementara itu negara-negara Asia lainnya berada di atas Indonesia seperti Singapura (peringkat 1), Thailand (27), Malaysia (28), Korea (29), Cina (31), India (39), dan Filipina (49). Urutan peringkat ini berkaitan juga dengan kinerja pada dimensi lainnya yakni pada Economic Performance pada tahun 2005 berada pada urutan buncit yakni ke 60, Business Efficiency (59), dan Government Efficiency (55). Lagi-lagi diduga kuat bahwa semuanya itu karena mutu sumberdaya manusia Indonesia yang tidak mampu bersaing. Juga mungkin karena faktor budaya kerja yang juga masih lemah dan tidak merata. Bisa dibayangkan dengan kondisi krisis finansial global belakangan ini bisa-bisa posisi Indonesia akan bertahan kalau tidak ada remedi yang tepat.

Produktivitas kerja jangan dipandang dari ukuran fisik saja. Dalam pemahaman tentang produktifitas dan produktif disitu terkandung aspek sistem nilai. Manusia produktif menilai produktivitas dan produktif adalah sikap mental. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin; hari esok harus lebih baik dari hari ini. Jadi kalau seseorang bekerja, dia akan selalu berorientasi pada produktivitas kerja di atas atau minimal sama dengan standar kerja dari waktu ke waktu. Bekerja produktif sudah sebagai panggilan jiwa dan kental dengan amanah. Dengan kata lain sikap tersebut sudah terinternalisasi. Tanpa diinstruksikan dia akan bertindak produktif. Itulah yang disebut budaya kerja positif (produktif). Sementara itu budaya bekerja produktif mengandung komponen-komponen: (1) pemahaman substansi dasar tentang bekerja. (2) sikap terhadap karyawanan. (3) perilaku ketika bekerja. (4) etos kerja. (5) sikap terhadap waktu. Pertanyaannya apakah semua kita sudah berbudaya kerja produktif?

Budaya kerja produktif di Indonesia, belum merata. Bekerja masih dianggap sebagai sesuatu yang rutin. Bahkan di sebagian karyawan, bisa jadi bekerja dianggap sebagai beban dan paksaan terutama bagi orang yang malas. Pemahaman karyawan tentang budaya kerja positif masih lemah. Budaya organisasi atau budaya perusahaan masih belum banyak dijumpai. Hal ini pulalah juga agaknya yang kurang mendukung terciptanya budaya produktif. Perusahaan belum mengganggap sikap produktif sebagai suatu sistem nilai. Seolah-olah karyawan tidak memiliki sistem nilai apa yang harus dipegang dan dilaksanakan. Karena itu tidak jarang prusahaan yang mengabaikan kesejahteraan karyawan termasuk upah minimunya. Ditambah dengan rata-rata pendidikan karyawan yang relatif masih rendah maka produktivitas pun rendah. Karena itu tidak heran produktivitas kerja di Indonesia termasuk terendah dibanding dengan negara-negara lain di Asia. Mengapa bisa seperti itu?

Hal demikian bisa dijelaskan lewat formula matematika sederhana. Produktivitas kerja merupakan rasio dari keluaran/output dengan inputnya. Bentuk output dapat berupa barang dan jasa. Sementara input berupa jumlah waktu kerja, kondisi mutu dan fisik karyawan, tingkat upah dan gaji, teknologi yang dipakai dsb. Jadi output yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh faktor input yang digunakan. Dengan demikian produktivitas kerja di Indonesia relatif rendah karena memang rendahnya faktor-faktor kualitas fisik, tingkat pendidikan, etos kerja, dan tingkat upah dari karyawan. Hal ini ditunjukkan pula oleh angka indeks pembangunan manusia di Indonesia (gizi, pendidikan, kesehatan) yang relatif lebih rendah dibanding di negara-negara tetangga.

Seharusnya faktor-faktor tersebut perlu dikuasai secara seimbang agar para karyawan mampu mencapai produktivitas yang standar. Pendidikan dan pelatihan perlu terus dikembangkan disamping penyediaan akses teknologi. Kompetensi (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) karyawan menjadi tuntutan pasar kerja yang semakin mendesak. Dengan kata lain suasana proses pembelajaran plus dukungan kesejahteraan karyawan perlu terus dikembangkan. Etos kerja orang Indonesia adalah :

  • Munafik atau hipokrit. Suka berpura-pura, lain di mulut lain di hati.
  • Enggan bertanggung jawab. Suka mencari kambing hitam.
  • Berjiwa feodal. Gemar upacara, suka dihormati daripada menghormati dan lebih mementingkan status daripada prestasi.
  • Percaya takhyul. Gemar hal keramat, mistis dan gaib.
  • Berwatak lemah. Kurang kuat mempertahankan keyakinan, plinplan, dan gampang terintimidasi. Dari kesemuanya, hanya ada satu yang positif, yaitu
  • Artistik; dekat dengan alam. Dengan melihat keadaan saat ini, ini merupakan kenyataan pahit, yang memang tidak bisa kita pungkiri, dan memang begitu adanya.

Namun lanjutnya, dari 220 juta jiwa rakyat Indonesia, tidak semua memiliki etos kerja buruk seperti disebutkan diatas. Masih ada organisasi yang peduli dan mau mengubah etos kerja yang disematkan ke bangsa Indonesia saat ini.

Kita harapkan etos kerja yang diterapkan tersebut bisa diimplementasikan dalam kerja nyata dan akan lebih baik lagi jika hal positif tersebut menyebar kepada semua Organisasi kerja diseluruh Indonesia.

Lebih lanjut lagi beliau mengatakan, bangsa Indonesia adalah negara yang kaya dan merupakan bangsa yang besar. Indonesia dikarunia sumber daya alam yang melimpah ruah dan jumlah penduduk yang besar. Dan itu merupakan modal untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Namun pada Kenyataannya rakyat miskin bertambah banyak, pengangguran semakin meningkat, dan banyak anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk bersekolah. Data Penduduk miskin sampai pada tahun 2009.

Salah satu faktor rendahnya etos kerja yang dimiliki oleh Indonesia yaitu negatifnya keteladanan yang ditunjukkan oleh para pemimpin. Mereka merupakan model bagi masyarakat yang bukan hanya memiliki kekuasaan formal, namun juga kekuasaan nonformal yang justru sering disalahgunakan.

Agar Negara kita bisa menjadi Negara yang memiliki etos kerja yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Dan bisa membuat Negara kita menjadi Negara yang maju sama seperti negara lainnya. Tentunya itu semua akan terjadi apabila kita memiliki kesadaran dari diri kita masing-masing.

Bahan Ajar 8 – Perubahan Kebudayaan

Anak Gaul Bangga Dengan Budaya

Kebudayaan adalah cara berpikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti simbol-simbol dan bahasa yang menjadi alat pertemuan antar individu atau kelompok. Kebudayaan merupakan hubungan yang kompleks antara  pengetahuan, kepercayaan, kepercayaan, kesenian, adat istiadat  dan setiap kemampuan manusia untuk  mengembangkan kebiasaan sebagai warga masyarakat. Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya (Soemardjan, 1982).

Meskipun demikian perubahan sosial dan budaya sebenarnya terdapat perbedaan. Ada yang berpendapat bahwa perubahan sosial dapat diartikan sebagai sebuah transformasi budaya dan institusi sosial yang merupakan hasil dari proses yang berlangsung terus-menerus dan memberikan kesan positif atau negatif. Perubahan sosial juga diartikan sebagai perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan lain.

Berangkat dari ungkapan filosofis yaitu tak ada kebudayaan tanpa masyarakat, atau tak ada masyarakat tanpa kebudayaan, maka pembahasan mengenai kebudayaan harus pula diikuti dengan pembahasan tentang masyarakat. Konsep masyarakat dapat ditinjau dari disiplin sosiologi. Banyak sekali teori yang dikemukakan para sosiolog tentang konsep masyarakat. Salah satu pengertian umum tentang masyarakat adalah sebagai suatu kelompok manusia yang membentuk suatu tatanan dengan pola-pola interaksi yang ajek. Tom Campbell, menyatakan bahwa suatu masyarakat bukan hanya dalam pengertian jumlah atau kumpulan, melainkan sebuah pengelompokkan yang teratur dengan pola interaksi yang jelas.

Perubahan kebudayaan adalah suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dari cara cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Jadi, perubahan kebudayaan terjadi sesuai dengan perkembangan masyarakat pendukungnya. Tidak ada dukungan dari masyarakat, maka tidak akan ada perubahan, baik itu ke arah positif atau negatif.

Selama hidupnya, setiap manusia (masyarakat dalam arti luas) pasti mengalami perubahan-perubahan. Apabila misalnya dihubungan dengan definisi kebudayaan yang dipaparkan oleh Taylor bahwa kebudayaan adalah suatu kompleks yang meliputi unsur-unsur seperti pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan itu bisa terjadi melalui unsur-unsur kebudayaan tersebut baik untuk individu atau masyarakat, baik terjadi secara lambat atau cepat.

Dari sedikit gambaran dan contoh di atas, bentuk-bentuk perubahan kebudayaan antara lain:

  1. Perubahan yang terjadi secara lambat atau dalam istilah lainnya terkenal dengan sebutan Evolusi. Contoh misalnya adalah evolusi peralatan pada zaman Batu Tua. Di zaman Batu Tua, peralatan yang digunakan oleh manusia sebagai alat untuk bertahan hidup, begitu lama bertahan hingga ribuan tahun. Atau kalau di Indonesia adalah pada masa Kemerdekaan, setelah dijajah selama beratus tahun.
  2. Perubahan yang terjadi secara cepat atau dalam istilah ilmiahnya disebut Revolusi. Salah satu contoh adalah Revolusi Industri
  3. Perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh kecil. Contoh mode pakaian, tata rambut dan sebagainya. Kecil disini mengandung arti bahwa, perubahan itu hanya terjadi bagi sebagian orang saja, tidak menyeluruh.
  4. Perubahan yang pengaruhnya besar, misalnya proses industrialisasi masyarakat agraris, atau untuk lebih gampangnya saya contohkan dengan adanya listrik, telepon, televisi dan lain sebagainya.
  5. Perubahan yang direncanakan atau dikehendaki. Misalnya, dalam arti luas bisa dicontohkan dengan adanya Repelita yang pernah dijalankan pada masa Orde Baru. Dan dalam arti sempit, bisa dicontohkan ketika seseorang merencanakan pernikahan. Tentu setelah nikah, ada perubahan yang terjadi di antara pasangan nikah tersebut
  6. Perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan. Contohnya gaya fashion yang kebarat-kebaratan dengan mengumbar aurat secara vulgar di depan umum yang bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Ada dua faktor besar yang berpengaruh pada bentuk perubahan kebudayaan  yaitu faktor dari dalam (internal) atau faktor dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi discovery, invention (invensi), innovation (inovasi) dan enkulturasi, sedangkan untuk faktor yang datangnya dari luar (eksternal) meliputi difusi, Akulturasi, penetrasi, asimilasi, invasi, hibridisasi.

A. Faktor dari Dalam (internal)

  1. Discovery merupakan penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik yang berupa suatu alat baru, atauapun yang berupa suatu ide baru yang diciptakan oleh seorang individu. Atau bisa juga dikatakan sebagai suatu rangkaian ciptaan-ciptaan dari individu-individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Contoh penemuan baru untuk faktor discovery misalnya; mobil, sepeda motor, handphone, tablet dan sebagainya.
  2. Invention (invensi) adalah adanya pengakuan, penerimaan dan penerapan dari suatu masyarakat atas penemuan baru (discovery) tersebut. Hal ini disebabkan karena untuk membuktikan bahwa seorang individu itu telah menemukan suatu yang baru membutuhkan tidak hanya satu individu atau penemu/pencipta saja, akan tetapi harus ada rangkaian-rangkain dari pencipta atau penemu hal yang baru tersebut. Penemuan sebuah mobil misalnya, merupakan suatu rangkaian penemuan dari motor gas pada tahun 1875 sampai pada bentuk mobil yang dapat dipakai sebagai alat pengangkutan pada tahun 1911.
  3. Innovation (inovasi) terjadi apabila hasil penemuan baru tersebut, misalnya mobil, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sebagai alat angkutan, sedangkan masyarakat juga harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh sebuah mobil, misalnya ada sopir, bensin, solar, bengkel, onderdil, montir, jalan raya dan sebagainya. Adanya pendorong atau motivasi yang menyebabkan individu-individu untuk mencari penemuan-penemuan baru adalah :
    1. Kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaan
    2. Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan
    3. Perangsang bagi penciptaan-penciptaan baru
  4. Proses Enkulturasi atau “pembudayaan” ini terjadi ketika seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan sistem norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Jadi sejak seorang individu itu masih kecil itu proses enkulturasi sudah dimulai dalam alam pikirannya. Bermula dari keluarganya (pendidikan, kasih sayang dan sebagainya), kemudian berlanjut ke teman-teman sepermainan. Seringkali ia belajar meniru berbagai macam tindakan, setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah dinternalisasikan dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya menjadi pola yang tetap, dan norma yang mengatur tindakannya itu “dibudayakan”

B. Faktor-Faktor dari Luar (eksternal)

  1. Difusi adalah suatau proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari orang perorangan kepada orang perorangan lainnya, dan dari suatu masyarakat ke masyarakat lain, dari bangsa ke bangsa lain. Ada dua tipe difusi, yaitu difusi intra-masyakat (intra society diffusion) dan difusi antar masyarakat (inter society diffusion). (Akan dijelaskan secara detail pada posting berikutnya)
  2. Akulturasi atau acculturation atau culture contract adalah mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertetentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing itu lambat laun akan diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan itu sendiri. (untuk selengkapnya akan dibahas pada posting berikutnya)
  3. Asimilasi (assimilation) adalah proses yang timbul apabila golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi, masing-masing berubah sifatnya yang khas dan juga unsur masing-masing kebudayaan berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
  4. Penetrasi adalah masuknya unsur-unsur kebudayaan asing dari luar ke suatu daerah. Masuknya unsur-unsur kebudayaan asing tersebut bisa terjadi secara damai ( penetration pacifique) maupun secara paksaan.
  5. Invasi adalah penyerangan dari suatu negara atau bangsa ke negara atau bangsa lainnya yang bertujuan untuk menduduki daerah milik bangsa atau negara lain dengan maksud menjalankan penjajahan atas bangsa yang ditaklukannya dengan melenyapkan atau meminimalisir kebudayaan asli suatu bangsa.
  6. Hibridisasi adalah perkawinan campuran di antara kelompok ras manusia yang berbeda, yang menghasilkan ciri-ciri ragawi yang bersamaan, yang disebabkan oleh komponen rasial yang bersamaan. Hibridisasi dapat terjadi sejalan dengan migrasi kelompok-kelompok mansuia, misalnya pada zaman berburu tingkat lanjut (zaman Mesolitikum). Pada masa berburu tingkat lanjut ini, tidak saja terdapat pantangan “inces” (perkawinan antar anggota keluarga sedarah), tetapi diduga dalam banyak hal telah berlangsung exogami atau perkawinan yang terjadi di luar klan. Sebagai contoh percampuran antara ras Papua Melanesoide, Europaeide dan Mongoleide yang menghasilkan bangsa Austronesia (nenek moyang bangsa Indonesia) di Asia Tenggara.

Peristiwa-peristiwa perubahan kebudayaan selalu melanda semua bangsa dan negara di dunia demikian pula tidak terkecuali melanda masyarakat Indonesia.
Peristiwa-peristiwa perubahan kebudayaan oleh Munandar (1987) dibagi atas:

Cultural Lag. Cultural lag adalah perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam kebudayaan masyarakat. Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu perubahan-perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan mengalami kelainan yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan cepat berubah. Akan tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah. Biasanya unsur-unsur kebudayaan kebendaan lebih berubah daripada unsur-unsur kebudayaan rohaniah.

Cultural Survival, Istilah ini ada sangkut pautnya dengan cultural lag karena mengandung pengertian adanya suatu cara tradisional yang tak mengalami perubahan sejak dahulu sampai sekarang. Cultural survival adalah suatu konsep yang lain, dalam arti bahwa konsep ini dipakai untuk menggambarkan suatu praktek yang telah kehilangan fungsi pentingnya seratus persen, yang tetap hidup dan berlaku semata-mata hanya di atas landasan adat-istiadat semata-mata.

Cultural Conflict.
Pertentangan kebudayaan ini muncul sebagai akibat relatifnya kebudayaan. Hal ini terjadi akibat konflik langsung antarkebudayaan. Faktor-faktor yang menimbulkan konflik kebudayaan adalah keyakinan-keyakinan yang berbeda sehubungan dengan berbagai masalah aktivitas berbudaya. Konflik ini dapat terjadi di antara anggota-anggota kebudayaan yang satu dengan anggota-anggota kebudayaan yang lain. Dapat dicontohkan dengan adanya pro dan kontra atas terjadinya perbudakan di Amerika. Hasil dari pro dan kontra tadi adalah perang saudara di Amerika.

Cultural Shock (guncangan kebudayaan). Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Kalervo Oberg (1958) untuk menyatakan apa yang disebutnya sebagai suatu penyakit jabatan dari orang-orang yang tiba-tiba dipindahkan ke dalam suatu kebudayaan yang berbeda dari kebudayaannya sendiri, semacam penyakit mental yang tak disadari oleh korbannya. Hal ini akibat kecemasan karena orang itu kehilangan atau tak melihat lagi semua tanda dan lambang pergaulan sosial yang sudah dikenalnya dengan baik. Misalnya, adalah  peristiwa kebudayaan dimana masyarakat melakukan perpindahan dari Negara satu ke Negara lain. Tetapi terjadi perbedaan budaya yang jauh antar Negara tadi dan membuat masyarakat bingung untuk berdaptasi. Keadaan ini lebih dipengaruhi dengan perbedaan mendapat beasiswa di Perancis. Tetapi di Perancis, mereka lebih suka menggunakan Bahasa Ibu mereka. Keadaan ini jelas akan membuat keadaan orang Indonesia mengalami Cultural Shock dimana dia akan kebigungan dengan bahasa yang tidak biasa dia dengar selama ini dan seperti yang kita ketahui, bahwa Bahasa Perancis jika tidak terbiasa mendengarnya pasti akan sulit untuk memahaminya.

Peristiwa atau fenomena yang terjadi ini tidak lain diakibatkan oleh dua faktor yang berasal dari dalam dan faktor yang berasal dari luar, faktor dari dalam yaitu bertambahnya atau berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri. Sedangkan faktor dari luarnya yaitu sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia, peperangan dengan negara lain, serta pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Walaupun perubahan sosial dan perubahan kebudayaan itu berbeda, pembahasan kedua perubahan itu tidak akan mencapai suatu pengertian yang benar tanpa mengaitkan keduanya.

Bagaimana jika hal ini kita kaitkan dengan kebudayaan bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang terbentuk dari berbagai macam kebudayaan suku dan agama sehingga banyak tantangan yang selalu merongrong keutuhan budaya itu tapi dengan semangat kebhinekaan sampai sekarang masih eksis dalam terpaan zaman. Kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk tetap mempertahankannya budaya itu menuju bangsa yang abadi, luhur, makmur dan bermartabat. Kita berharap seluruh lapisan masyarakat terutama anak muda dapat menyaring seluruh kebudayaan asing yang masuk ke budaya Indonesia, dalam hal ini kita perlu bersifat bijak dengan seksama dan cermat dalam menghadapinya agar jika suatu saat nanti kita menghadapi peristiwa-peristiwa kebudayaan kita tidak mengalami guncangan yang dapat mengganggu psikologis sehingga kita dapat menerimanya dengan bersifat terbuka sesuai dengan tuntutan zaman.

Bahan Ajar 10 – PENGARUH BUDAYA ASING TERHADAP BUDAYA INDONESIA

PENGARUH BUDAYA ASING TERHADAP BUDAYA INDONESIA

(Tinjauan dari penduduk, masyarakat dan kebudayaan)

Mengawali pembelajaran silakan buka terlebih dahulu materi dalam format  PPT I N I

Budaya merupakan suatu cerminan hidup suatu negara. Setiap negara mempunyai cerminan atau budaya tersendiri dalam kehidupannya masing masing. Budaya juga merupakan warisan dari generasi ke generasi. Di setiap negara pasti mempertahankan budayanya dari budaya asing. Indonesia sudah berakulturasi dengan kebudayaan asing sejak lama. Terletaknya Indonesia di pertengahan benua Asia dan Australia yang menjadikan jalur perdagangan pada masa lampau. Sehingga menjadikan budaya Indonesia bercampur dengan budaya asing.

Tetapi, dilihat dari minoritas,cenderung menyerap hal negatif. Sayangnya, masyarakat Indonesia lebih mengamini kebudayaan Barat sebagai bentuk kebebasan yang sebebas-bebasnya. Sudah banyak masyarakat yang menganggap budaya Barat merupakan budaya yang paling benar. Hal inilah yang tampak keliru karena budaya Barat tidak hanya melahirkan kebebasan.Seharusnya masyarakat mencontohkan budaya barat untuk kemajuan negara Indonesia sendiri, contohnya seperti teknologi yang maju di budaya asing.

Kecenderungan masyarakat Indonesia yang lupa dan melalaikan budaya dalam negeri sendiri mengakibatkan banyak budaya asli Indonesia tidak lagi diakui bangsa lain. Sebagai negara berkembang, masyarakat indonesia seharusnya meniru motivasi Barat untuk menjadi negara yang maju bukan malah melalaikan budaya sendiri.

Adanya pengaruh dari budaya lain juga dapat menyebabkan terjadinya proses imitasi, yaitu tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampakan, gaya hidupnya atau apa saja yang dimilikinya. Biasanya yang lemah cenderung meniru yang dominan. Proses perubahan secara imitasi, misalnya dapat terjadi apabila ada dua budaya yang saling bertemu, sedangkan salah satu dari budaya tersebut memiliki unsur-unsur yang lebih tinggi misalnya dalam aspek teknologinya, maka ada kemungkinan terjadi proses imitasi ( peniruan ) dari para pendukung budaya yang masih rendah taraf teknologinya. Adapun prosesnya, mula-mula unsur-unsur tersebut ditambahkan pada budayanya, akan tetapi lambat laun unsur-unsur budaya mereka yang dirubah akan terganti dengan unsur budaya asing tersebut. Misalnya pada saat ini orang-orang Indonesia cenderung memakai pakaiaan yang bercorak barat, karena dianggap lebih mudah dan praktis. Sedangkan memakai pakaiaan tradisionalnya jarang sekali, kecuali pada kesempatan-kesempatan tertentu misalnya pada saat upacara-upacara resmi seperti resepsi perkawinan, khinatan, dan lain-lain.

Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut mengiringi budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia. Di zaman yang serba canggih ini, perkembangan kemutahiran teknologi tidak dibarengi dengan budaya-budaya asing positif yang masuk. Budaya asing masuk ke negeri kita secara bebas tanpa ada filterisasi. Pada umumnya masyarakat Indonesia terbuka dengan inovasi-inovasi yang hadir dalam kehidupannya, tetapi mereka belum bisa memilih dan memilah mana yang sesuai dengan aturan serta norma yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

Negara Indonesia mempunyai norma-norma yang harus dipatuhi oleh masyarakatnya, norma tersebut meliputi norma agama, norma hukum, norma sosial, dan norma kesopanan. Setiap butir norma memiliki peranan masing-masing dalam mengatur hidup manusia. Norma merupakan suatu ketetapan yang ditetapkan oleh manusia dan wajib dipatuhi oleh masyarakat dan memiliki manfaat positif bagi kelangsungan hidup khalayak. Setiap peraturan yang telah ditetapkan pasti ada sanksi yang melanggar, hal itu serupa dengan norma, apapun jenis norma ada di Indonesia, pasti ada sanksi bagi yang melanggarnya.

Pada umumnya masyarakat Indonesia sekarang seakan tidak menghiraukan lagi norma-norma yang telah ditetapkan. Terbukti dengan banyaknya penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh banyak orang, seperti perbuatan korupsi, mencuri, mendustakan agama dan sebagainya. Kasus-kasus tersebut menandakan buruk atau rendahnya mental bangsa ini. Sehingga generasi muda yang mendatang bisa diperkirakan dapat lebih buruk dari masa sekarang jika mental mundur tersebut masih ditularkan pada kaum remaja saat ini. Hal tersebut sudah mulai terjadi sekarang, kenyataan yang terjadi sekarang ini banyak remaja yang melakukan penyimpangan-penyimpangan yang sudah tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia. Mereka tidak menghiraukan lagi norma-norma yang ada. Kemudahan mengakses internet serta kemudahan masuknya budaya asing tanpa ada filterisasi membuat usia muda rawan tergoda dengan hal-hal yang membahayakan dirinya. Seperti banyaknya blue film yang masuk ke Indonesia, pemasalahan ini sangat berdampak negatif bagi masyarakat khususnya kalangan remaja. Banyak blue film atau adegan porno lainnya yang dapat diakses dengan mudah melalui internet. Para remaja bebas mengakses dan menonton film tersebut tanpa pengawasan dari pihak orang tua mereka. Hal tersebut menimbulkan dampak yang kurang baik bagi psikis si remaja itu sendiri, dengan menonton film porno si remaja tersebut menjadi termotivasi ingin melakukan hal-hal yang ia tonton dan ada sesuatu yang baru yang tidak seharusnya  dicoba jadi ingin dicoba.

Fakta yang terjadi sekarang, Indonesia sudah pudar dengan budaya pribumi, yang sudah tertindas budaya asing. Budaya barat yang menjadi modernitas dan cerminan trendsetter di Indonesia. Pengaruh budaya asing mempunyai dampak positif dan negatifnya.

Dampak positif antara lain adalah ilmu pengetahuan, cara berfikir kritis, rasional dan menghargai waktu dari budaya asing dan  akibat dari pertukaran unsur positif antarnegara dapat melengkapi dan memperkaya bangsa Indonesia. Sedangkan dampak negatif dari pengaruh budaya luar adalah bergesernya norma dan nilai moral masyarakat.

Dampak negatifnya antara lain adanya kesenjangan sosial di masyarakat. Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat masyarakat menjadi individu atau sudah tidak lagi butuh pertolongan antar masyarakat. Hal ini memacu adanya individualism. Dan berkembangnya gaya hidup ke barat-baratan, menjadikan hidup bebas. Hal ini yang menyebabkan sudah hilangnya moral atau perilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, dan malah menjadikan masyarakat menganut gaya hidup hedonis.

Solusi untuk mengatasi pengaruh budaya asing terhadap budaya Indonesia antara lain kita harus bisa membedakan budaya yang patut di contoh dan yang mana yang tidak patut untuk di contoh karena tidak semua budaya luar yang masuk ke Indonesia adalah baik. Dan orang tua harus lebih memerhatikan anaknya serta cara mereka bergaul dilingkungan yang lebih luas agar anak-anak terhindar dari hal-hal negatif.

Sumber diambil dari :
https://srydntriandi.wixsite.com/riandi/single-post/2017/04/05/PENGARUH-BUDAYA-ASING-TERHADAP-BUDAYA-INDONESIA-Tinjauan-dari-penduduk-masyarakat-dan-kebudayaan

Bahan Ajar 13 – Keragaman Budaya (Lokal, Nasional, Asing)

Mengawali pembelajaran silakan buka terlebih dahulu materi dalam format  PPT I N I

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi mempercepat akselarasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat. Globalisasi juga menciptakan tantangan dan masalah baru yang harus dipecahkan dalam upaya memanfaatkannya untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan istilah yang muncul sekitar 30 tahun yang lalu. Dan mulai populer sebagai ideologi baru sekitar 20 tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi sangat mudah diterima dan dikenal seluruh masyarakat di dunia. Globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hingga mampu mengubah dunia secara mendasar.

Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai dengan kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola, dan TV, orang dari belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antar masyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan mempengaruhi satu sama lain terutama pada kebudayaan daerah, seperti kebudayaan gotong royong, menjenguk tetangga sakit, dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut, dan sebagainya.

Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa, hilangnya kepercayaan diri, gaya hidup yang kebarat-baratan, dan hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong. Hal tersebut terjadi karena tergerus oleh perkembanagn teknologi dan informasi yang canggih.

  • Globalisasi dan Budaya

Globalisasi, sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (value) yang dianut masyarakat atau persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang pesat, hal ini karena dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita.

Namun, hal ini justru bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisasi dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan termasuk kesenian kita. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah pada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh.

  • Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Bangsa

Proses saling memengaruhi adalah gejala wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia maupun kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak akan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senatiasa berubah.

Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi, namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat didalamnya masih tetap berarti. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. keanekaragaman masyarakat Indonesia dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya. Dengan kata lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.

Perubahan budaya yang terjadi dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat yang tertutup menjadi masyarkat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah pada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh.

Misalnya dalam bidang hiburan massa, globalisasi itu sangat terasa. Setiap hari kita bisa menonton film di tv dari negara-negara maju di seluruh dunia, seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea,dll. Sementara itu kesenian-kesenian populer lainnya yang tersaji dalam kaset, CD, DVD yang berasal dari manca negara pun makin marak beredar di tengah-tengah kita. Hal ini menunjukkan betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ketiga. Peristiwa transkultur seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya.

Dengan globalisasi mau tidak mau akan membuat makin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang syarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya, bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka makna kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saya. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secar kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.

Pesatnya laju teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi saran difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga sarana alternatif pilihan hiburan yang beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya, masyarakat menjadi tidak tertarik lagi menikmati kesenian tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya, kesenian wayang orang Bharata di gedung wayang orang Bharata Jakarta yang kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Namun, ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat. Misalnya seni ketoprak yang dipopulerkan dilayar kaca oleh kelompok Srimulat.

Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap budaya bangsa Indonesia. Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah pada memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Buadaya Indonesia yang dulunya ramah tamah, gotong royong, sopan berganti dengan budaya Barat. Misalnya pergaulan bebas pada remaja. Dengan meniru budaya barat yang mengenakan pakaian minim dan ketat dengan memamerkan bagian tubuh tertentu, seks bebas, dan penggunaan narkoba. Selain itu, dulu anak-anak remaja masih banyak yang berminat belajar kesenian-kesenian daerah setiap harinya.

Saat ini, ketika perkembangan teknologi semakin maju, kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat. Bahkan hanya dapat disaksikan di TV atau di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) saja. Padahal jika dikelola dengan baik kebudayaan-kebudayaan tersebut dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan baik bagi pemerintah pusat maupun daerah. Dan juga menjadi ladang pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah penggunaan bahasa yang baik dan benar. Anak muda sekarang lebih suka menggunakan bahsa Indonesia dengan dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu, kita juga sering mendengar anak muda yang berbicara bahasa Indonesia dicampur-campur dengan bahasa Inggris, seperti “OK, no problem, dan yes”, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun. Hal-hal tersebut tidak mencerminkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya sendiri.
  • Cara Mengantisipasi Adanya Globalisasi Kebudayaan

Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksaan, Khususnya pemerintah dalam rangka keprluan turisme, politik, dsb. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian radisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat.

Dengan demikian, tantangan yang dihadapi kesenian tradisional cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikas yang modern dan canggih ini masyarakat dihadapkan pada banyaknya alternatif pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera. Untuk menghadapi hal-hal tersebut ada beberapa alternatif cara mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya yang justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja.

  • Kesimpulan

Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Oleh karena itu, perlu dipertahankan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan menyaring budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Kesenian adalah kekayaaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda yang merupakan pewaris budaya bangsa hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.

  • Saran

Untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan pemerintah perlu mengkaji ulang peraturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa. Selain itu, masyarakat juga perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya derah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya. Masyarakat juga perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negatif. Dan harus berhati-hati dalam meniru dan menerima kebudayaan baru agar tidak menghilangkan budaya Indonesia sebagai jati diri bangsa ini.

iLearningPlus

Silakan Buka Materi Bahan Ajar Kebudayaan Indonesia UL102Z

Khusus Untuk Kelas iLearningPlus

 

Bahan Ajar Bahan Ajar
Pertemuan 1` Pertemuan 8
Pertemuan 2` Pertemuan 9
Pertemuan 3` Pertemuan 10
Pertemuan 4` Pertemuan 11
Pertemuan 5` Pertemuan 12
Pertemuan 6` Pertemuan 13
Pertemuan 7` Pertemuan 14

Visitors

free counters

Archives

March 2024
M T W T F S S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031